Enam
tahun sudah Hari Puisi Indonesia (HPI) diselenggarakan dengan segala bentuk
kemeriahannya dan selalu berpusat di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Setiap tahun pula acara HPI selalu menghadirkan para sastrawan dan seniman dari
berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua. Perayaan HPI
selalu diisi dengan konsep acara yang baru dan berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Hanya saja kondisi dan cara memperjuangkannya setiap tahun tetap
saja sama, yakni dengan mandiri dan tanpa modal dari pemerintah.
“Acara
ini telah berjalan ke enam kalinya yang dilakukan secara mandiri tanpa modal. Tapi
bisa sampai enam tahun dan bisa berkembang,” ujar Presiden Penyair, Sutardji
Colzoum Bachri dalam sambutannya pada pembukaan HPI 2018, Sabtu (17/11).
Senanda dengan
Sutardji, Maman S Mahayana selaku Ketua Yayasan Hari Puisi (YHP) berharap Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dapat mendukung sepenuhnya acara Hari Puisi di tahun-tahun
berikutnya. Dengan begitu
penyelenggaraan Hari Puisi dapat dijalankan secara kontinu dan dilakukan dengan
mengundang teman-teman para sastrawan dan seniman dari berbagai daerah dengan
rasa bangga.
Selama ini, Maman mengaku,
YHP hanya bisa mengundang teman-teman dari berbagai daerah tapi tak bisa memberikan
ongkos. YHP hanya bisa memberikan penginapan tapi tak bisa memberi konsumsi.
Tapi karna spirit puisi itulah teman-teman dari berbagai daerah rela membeli
ongkos sendiri.
“Hari Puisi akan terus
berlanjut sampai titik darah penghabisan. Haqul Yakin Pemda DKI akan mendukung
sepenuhnya acara ini,” tegas Maman dalam sambutannya disambut riuh sorak sorai
dan tepuk tangan para peserta dan tamu undangan.
Bak gayung bersambut. Pernyataan
Maman direspon baik oleh Gubernur DKI, Anies Rasyid Baswedan yang hadir pada
kesempatan itu. Dalam sambutannya, Gubernur Anies berjanji akan mendukung penuh
kegiatan yang dapat melahirkan kebudayaan di DKI Jakarta.
Termasuk mendukung
kegiatan Hari Puisi yang diselenggarakan Yayasan Hari Puisi. Bahkan Yayasan
Hari Puisi beberapa hari ke depan diminta untuk bertemu Gubernur Anies untuk
segera membicarakan dan mendiskusikan program HPI di tahun yang akan datang.
Ajak Yayasan Hari Puisi Berkolaborasi
Saat ini Gubernur Anies
tengah menginisiasi kegiatan puisi dan teater bagi anak—anak di kampung-kampung
yang ada di seluruh Jakarta. Tujuannya agar para generasi masa depan bangsa
menjadi generasi yang kreatif dan mampu memunculkan ide dan gagasan.
Berkaitan dengan hal
ini, Gubernur Anies mengajak Yayasan Hari Puisi untuk bekerja sama membuat Jakarta
menjadi tempat tumbuhnya puisi dan juga teater bagi anak-anak. Dengan begitu
harapan Jakarta sebagai ekosistem yang menumbuhkan karya kreatif akan terwujud.
“Saya minta dukungan,
dan bantu kami ke kampung-kampung di wilayah Jakarta untuk menumbuhkan puisi
dan teater bagi anak-anak. Kami (Pemrov DKI) siap menjadi perangkat keras, dan
kami butuh aktor-aktor yang siap mengisi dan sebagai perangkat lunaknya. Kita
bermitra di sini dan kita akan berkolaborasi,” kata Anies.
Komitmen Gubernur Anies
dalam rangka mewujudkan Jakarta sebagai tempat tumbuhnya ekosistem budaya memang
sudah terbukti. Tak lama ini Gubernur Anies komitmen mencanangkan revitalisasi
Taman Ismail Marzuki.
“Sebenarnya bukan soal revitalisasi
pembangunan, tapi yang penting bagaimana dari revitalisasi ini menumbuhkan ekosistem
budaya. Sehingga Ibukota menjadi tempat dan ruang ekpsresi tumbuh,” ujarnya.
Dikatakan Anies
kemudian, Jakarta diharapkan bukan saja menjadi tempat orang datang untuk
mencari penghidupan. Tapi Jakarta menjadi tempat orang datang untuk menghidupkan
kebudayaan.
“Jangan jadikan Jakarta
hanya tempat tinggal, kerja, dan sekolah saja, tapi Jakarta harus juga menjadi
tempat melahirkan kebudyaaan,” tegasnya.
Oleh karena itu, revitalisasi
TIM yang dicanangkan Gubernur Anis bukan hanya semata-mata untuk pembangunannya
saja tapi juga untuk menumbuhkan dan mengembalikan Jakarta sebagai salah satu
pusat simpul kebudayaan di Asia Tenggara. (adh)