Haripuisi.info
- Seperti yang pernah dikatakan Robert Fors, puisi berawal dari kegairahan dan
berakhir dengan kearifan. Maka momentum Hari Puisi hendaknya dimaknai demikian.
Hal ini dikatakan Penyair sekaligus Pengurus Yayasan Hari Puisi, Ahmadun Yosi
Herfanda ketika diwawancarai reporter Haripuisi.info di Jakarta, Jumat
(27-07-2018).
“Para
penyair dan masyarakat pecinta sastra harus dapat menikmati puisi, ikut menulis
dan membaca puisi dengan penuh kegairahan dan kegembiraan; serta bersama-sama
menikmati asyiknya berapresiasi puisi,” ujarnya.
Dari kegairahan
dan kegembiraan itu, lanjut Ahmadun, masyarakat diharap mampu memetik berbagai
kearifan hidup, mengalami pencerahan, dan terinspirasi untuk "hijrah"
ke keadaan pribadi yang lebih baik.
“Maka,
saya merasa gembira dan bersyukur, kita memiliki Hari Puisi Indonesia, hari di mana
kita memiliki momentum untuk mengajak masyarakat ikut merayakan puisi dengan penuh
kegairahan dan kegembiraan,” katanya.
Lebih
lanjut, ia berharap agar kiranya pemerintah dapat memberikan perhatian yang
lebih kepada perpuisian Indonesia termasuk bagi para penyairnya. Sebab menurut
Ahmadun, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memfasilitasi berbagai
kegiatan budaya, termasuk puisi. Karena itu, pemerintah wajib "hadir"
dalam tiap peristiwa perayaan Hari Puisi Indonesia.
“Maka,
Momentum Hari Puisi Indonesia dapat menjadi "pintu masuk" bagi
pemerintah untuk menunjukkan kepeduliannya pada kehidupan puisi Indonesia. Jangan
sampai pemerintah hanya bersikap menunggu sampai penyair merengek
padanya untuk minta bantuan,” tegas Ahmadun.
Seperti
yang diketahui, Hari Puisi Indonesia diperingati setiap tanggal 26 Juli. Hal
ini merujuk pada hari lahirnya Penyair Indonesia Chairil Anwar. Penetapan Hari
Puisi ini diputuskan pada Musyawarah Penyair Indonesia yang dilaksanakan dalam
puncak Pertemuan Penyair Indonesia I di Riau.
Deklarasi
penetapan Hari Puisi saat itu dibacakan oleh Presiden Penyair, Sutardji Calzoum
Bahri. Berikut isi teks deklarasinya.
Teks Deklarasi Hari
Puisi Indonesia
Indonesia dilahirkan
oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai
wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak
yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu
pula, sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia,
mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.
Bahasa Indonesia
adalah pilihan yang sangat nasionalistis. Dengan semangat itu pula para penyair
memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut
membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental
pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak
utama tradisi puisi Indonesia modern.
Sebagai rasa syukur
kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan
kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan kenangan atas puisi
yang telah ikut melahirkan bangsa ini, kami mendeklarasikan tanggal lahir
Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi Indonesia.
Dengan ditetapkannya
Hari Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber
inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan
terbuka.
Pekanbaru, 22 November
2012
[Arief Hsb]